PENYAKIT
TROPIS
Penyakit tropis adalah
penyakit yang menjangkit pada daerah tropis
dan. Disebut sebagai penyakit tropis
karena erat kaitannya dengan iklim yang terjadi di wilayah tropis. Adanya musim
kemarau (panas) yang panjang serta terjadinya musim hujan dengan volume tinggi,
sangat mempengaruhi pembentukan tempat berkembang biak agen penyakit. Suhu
musim kemarau yang tinggi dapat mendukung replikasi agen penyakit,baik di dalam
maupun di luar organism biologis. Faktor sosio-ekonomi juga sangat mendukung,
karena sebagian besar negara-negara temiskin di dunia berada di wilayah tropis.
Perubahan iklim dan pemanasan global yang disebabkan oleh efek rumah kaca, telah menyebabkan penyakit
tropis dan
vektor menyebar ke ketinggian yang lebih
tinggi di daerah pegunungan.
Disamping itu, juga ke wilayah dengan lintang yang lebih tinggi, yang
sebelumnya terhindar, seperti Amerika Serikat Selatan dan daerah Mediterania. Pemanasan global menaikkan ketinggian
orografis pembentukan awan, dan dengan demikian menghasilkan cakupan awan yang
akan memfasilitasi kondisi pertumbuhan yang optimal bagi patogen. Aktivitas manusia mengeksplorasi
hutan hujan tropis, deforestasi, meningkatnya imigrasi, perjalanan
internasional dan wisata lainnya ke daerah tropis telah menyebabkan peningkatan
insiden penyakit tersebut.
Pencegahan
dan Pengobatan Penyakit Tropis
Beberapa
strategi untuk mengendalikan penyakit tropis meliputi:
1)
Pengeringan lahan basah untuk mengurangi populasi
serangga dan vektor lainnya.
2)
Aplikasi insektisida dan / atau penolak serangga) pada
permukaan strategis seperti: pakaian, kulit, bangunan, habitat serangga, dan
kelambu.
3)
Penggunaan kelambu tempat tidur atas (juga dikenal
sebagai "kelambu") untuk mengurangi penularan malam hari, karena
spesies tertentu dari nyamuk tropis pakan terutama di malam hari.
4)
Penggunaan air sumur, dan / atau penyaringan air, filter
air, atau air pengobatan dengan tablet air untuk menghasilkan air minum bebas
dari parasit.
5)
Pengembangan dan penggunaan vaksin untuk mempromosikan
kekebalan penyakit.
6)
Farmakologis pra-pajanan (untuk mencegah penyakit sebelum
pajanan terhadap lingkungan dan / atau vektor).
7)
Farmakologis profilaksis pasca pajanan (untuk mencegah
penyakit setelah terpapar lingkungan dan / atau vektor).
8)
Terapi farmakologis (untuk mengobati penyakit setelah
infeksi atau infestasi).
9)
Meningkatkan sanitasi lingkungan
10)
Membantu dengan pembangunan ekonomi di daerah endemik.
Misalnya dengan memberikan kredit mikro untuk memungkinkan investasi di bidang
pertanian lebih efisien dan produktif. Hal ini pada gilirannya dapat membantu
subsistem pertanian menjadi lebih menguntungkan,
dan keuntungan ini dapat digunakan oleh penduduk setempat untuk pencegahan penyakit dan
pengobatan, dengan manfaat tambahan mengurangi angka kemiskinan.
Pada bab ini dibahas beberapa
penyakit tropis yang menjadi permasalahan utama di Indonesia :
1.
Tuberculosis (TBC)
Tuberkulosis (disingkat TB), adalah infeksi bakteri di paru-paru atau
jaringan lain. Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat umum terjadi di dunia, dengan mortalitas lebih dari 50% jika tidak
diobati. TBC merupakan penyakit menular, yang ditularkan oleh
ekspektoran aerosol dari batuk, bersin, berbicara, mencium, atau meludah.
Penyakit
TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau
kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat
juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya
disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan
masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar
antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.
Penyebab
Penyakit TBC
Penyakit
TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang
jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada
paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Bakteri Mikobakterium tuberkulosa
Cara Penularan Penyakit
TBC
Penyakit
TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila
sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah
infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru,
otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh
sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat
sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada
sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel
bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam
paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum
(dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan
sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya
penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan
beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum
optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk
yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV.
Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman
merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Gejala Penyakit TBC
Gejala
penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.
Gejala sistemik/umum
- Demam tidak
terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
- Penurunan
nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk
selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
- Perasaan
tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
- Tergantung
dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas
melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada
cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
- Bila
mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada
anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak
menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan
pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru
dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan
� 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai
seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adalah:
- Anamnesa
baik terhadap pasien maupun keluarganya.
- Pemeriksaan
fisik.
- Pemeriksaan
laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
- Pemeriksaan
patologi anatomi (PA).
- Rontgen
dada (thorax photo).
- Uji
tuberkulin.
2. HEPATITIS
Hepatitis
biasanya terjadi karena virus,
terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E.
Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis
infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab
hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
Jenis
Virus Hepatitis
1. Virus hepatitis A
Virus
hepatitis
A terutama menyebar melalui vecal
oral. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di
negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi
melalui air dan makanan.
2. Virus hepatitis B
Penularannya
tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis
B ditularkan melalui darah atau
produk darah. Penularan biasanya terjadi di antara para pemakai obat yang
menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau di antara mitra seksual (baik
heteroseksual maupun pria homoseksual).
Ibu
hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama
proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa
virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B
berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.
3. Virus hepatitis C
Menyebabkan
minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis
C ini paling sering ditularkan
melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi
penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas,
penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita hepatitis C.
4. Virus hepatitis D
Hanya
terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat.
Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.
5. Virus hepatitis E
Virus
hepatitis
E kadang menyebabkan wabah yang
menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.
6. Virus hepatitis G
Jenis
baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini. namun belum
terlalu diketahui.
Penjelasan tentang beberapa hal
terkait berbagai jenis hepatitis diatas adalah sebagai berikut :
1. Hepatitis A
Penyakit Hepatitis
A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja
penderita biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas
seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding
hepatitis jenis lain (B dan C). Sementara hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah dan
aktivitas seksual dan lebih berbahaya dibanding Hepatitis A.
Masa inkubasi
dan Gejala Klinis
Penularan virus Hepatitis A atau Hepatitis Virus tipe A
(HVA) melalui fecal oral, yaitu virus ditemukan pada tinja. Virus ini juga
mudah menular melalui makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi, juga
terkadang melalui hubungan seks dengan penderita.
Gejala Hepatitis A biasanya tidak muncul sampai Anda
memiliki virus selama beberapa minggu. Hepatitis A sangat terkait dengan pola
hidup bersih. Dalam banyak kasus, infeksi Hepatitis A tidak pernah berkembang
hingga separah Hepatitis B atau C sehingga tidak akan menyebabkan kanker hati.
Meski demikian, Hepatitis A tetap harus diobati dengan baik karena mengurangi
produktivitas bagi yang harus dirawat di rumah sakit.
Waktu terekspos sampai kena penyakit kira-kira 2 sampai 6
minggu. Penderita akan mengalami
gejala-gejala seperti demam, lemah, letih, dan lesu, pada beberapa
kasus, seringkali terjadi muntah-muntah yang terus menerus sehingga menyebabkan
seluruh badan terasa lemas. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus,
tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
Bagian putih mata dan kulit menjadi menguning.
Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium:
- Pendahuluan
(prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan
mual;
- Stadium
dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan
- Stadium
kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk
memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena
pada hepatitis A juga bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan
gama-GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.
Masa pengasingan yang disarankan
Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu
setelah penyakit kuning muncul. Pasien juga diharapkan menjaga kebersihan. Dan
lebih baik dirawat dirumah sakit agar mendapat bantuan medis yang memadai
Pencegahan dan Pengobatan
Kasus-kasus ringan Hepatitis A biasanya tidak memerlukan
pengobatan dan kebanyakan orang yang terinfeksi sembuh sepenuhnya tanpa
kerusakan hati permanen.
Perilaku hidup
bersih seperti mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sesudah dari toilet
adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri terhadap virus Hepatitis
A. Orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin.
Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk
kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan
dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian,
sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan
dan 6 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang
potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di
luar rumah.
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A,
sebab infeksinya sendiri biasanya akan sembuh dalam 1-2 bulan. Namun untuk
mengurangi dampak kerusakan pada hati sekaligus mempercepat proses penyembuhan,
beberapa langkah penanganan berikut ini akan diberikan saat dirawat di rumah
sakit.
1)
Istirahat. Tujuannya untuk memberikan
energi yang cukup bagi sistem kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi.
2) Anti mual.
Salah satu dampak dari infeksiHhepatitis A adalah rasa mual, yang mengurangi
nafsu makan. Dampak ini harus diatasi karena asupan nutrisi sangat penting
dalam proses penyembuhan.
3)
Istirahatkan hati. Fungsi hati adalah memetabolisme
obat-obat yang sudah dipakai di dalam tubuh. Karena hati sedang mengalami sakit
radang, maka obat-obatan yang tidak perlu serta alkohol dan sejenisnya harus
dihindari selama sakit.
Pencegahannya untuk Hepatitis A adalah melakukan
vaksinasi yang juga tersedia untuk orang-orang yang berisiko tinggi.
2. Hepatitis B
Adalah suatu
penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus
Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili
Hepadnavirus[1] yang dapat menyebabkan peradangan hati
akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi
hati atau kanker hati. Mula-mula
dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.
Penyebab
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine,
chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan
sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui
kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam
darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke
dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan
racun-racun lain.
Diagnosis
Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus
kali lebih ganas (infectious), dan sepuluh kali lebih banyak (sering)
menularkan. Kebanyakan gejala Hepatitis B tidak nyata.
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang
disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis
ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar
HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier
HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa
nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis
yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai
normal (BANN).
Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada
pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe
dan HBV DNA (4,5). Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV
DNA serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan
keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya
aktivitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai
prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses
nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien
dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi
antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk
tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses
nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk
menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain,
prognosis dan menentukan manajemen anti viral.
Gejala Klinis
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala
tersebut dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual
sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak
pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti
bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air
seni berwarna seperti teh.
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh
tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika
tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien
sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan
menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate
(antara dua hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Penularan
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius
dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya.] Penderita Hepatitis B bisa terjadi
pada setiap orang dari semua golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan virus Hepatitis B ini menular. Secara vertikal, cara penularan
vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera
setelah persalinan.
- Secara
horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar,
tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan
sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit
mulut (sariawan, gusi berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan darah)
serta hubungan seksual dengan penderita.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari
pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.
Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari
hasil pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat
pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada.
Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan
pasangannya untuk menenularan penyakit ini.
Pengobatan
dan Perawatan
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi
virus menyebabkan
sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit
kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet
dan istirahat yang baik.
Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi
Hepatitis B kronik (menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau
kanker hati. Saat ini ada beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk
Hepatitis B kronis yang dapat meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita
penyakit ini. Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator
sistem kebal seperti Interferon Alfa (
Uniferon).
Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan obat
atau herbal yang dapat
digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya
mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat
toksik yang dapat
merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu
meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat
digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa), sambiloto (Andrographis paniculata), meniran (Phyllanthus
urinaria), daun
serut/mirten, jamur
kayu/lingzhi
(Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata cyllindrica), rumput mutiara (Hedyotis
corymbosa), pegagan (Centella asiatica), buah kacapiring (Gardenia augusta), buah
mengkudu (Morinda
citrifolia), jombang (Taraxacum officinale).selain
itu juga ada pengobatan alternatif lain Hepatitis B Dari Wikipedia seperti hijamah/bekam yang bisa menyembuhkan
segala penyakit hepatitis, asal dilakukan dengan benar dan juga dengan standar
medis.
3. Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi yang terutama menyerang
organ hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C
seringkali tidak memberikan gejala, namun infeksi kronis dapat menyebabkan
parut (eskar) pada hati, dan setelah menahun menyebabkan sirosis. Dalam
beberapa kasus, orang yang mengalami sirosis juga mengalami gagal hati, kanker
hati, atau pembuluh yang sangat membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat
mengakibatkan perdarahan hingga kematian.
Seseorang terutama terkena hepatitis C melalui kontak darah, penggunaan
narkoba suntik, peralatan medis yang tidak steril, dan transfusi darah. Sekira
130–170 juta orang di dunia menderita hepatitis C. Para ilmuwan mulai meneliti
HCV pada tahun 1970-an, dan memastikan keberadaan virus tersebut pada tahun
1989. Virus ini tidak diketahui menyebabkan penyakit pada hewan lain.
Peginterferon dan ribavirin merupakan
obat-obatan standar untuk HCV. Antara 50-80% pasien yang diobati sembuh. Pasien
dengan sirosis atau kanker hati mungkin memerlukan transplantasi hati, namun
biasanya virus muncul kembali setelah transplantasi. Tidak ada vaksin untuk
hepatitis C.
Penyebab
Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul,
berantai tunggal, dengan sense positif. Virus ini merupakan anggota genushepacivirus
dalam famili Flaviviridae.[9] Terdapat tujuh genotipe utama HCV. Di
Amerika Serikat, genotipe 1 merupakan penyebab pada 70% kasus hepatitis,
genotipe 2 pada 20%, dan genotipe lainnya masing-masing 1%. Genotipe 1 juga merupakan genotipe yang
paling banyak ditemui di Amerika Selatan dan Eropa.
|
Gejala
Klinis
Hepatitis C menunjukkan gejala akut hanya
pada 15% kasus. Gejalanya seringkali ringan dan tidak kentara, termasuk
penurunan nafsu makan, sakit kepala, letih, nyeri otot atau nyeri sendi, dan
menurunnya berat badan. Hanya sedikit kasus infeksi akut yang
terkait dengan ikterus. Infeksi ini dapat sembuh sendiri tanpa diobati pada
10-50% penderita, dan lebih sering menyerang perempuan usia muda dibandingkan
dengan kelompok lain.
Infeksi kronis
Delapan puluh persen penderita yang
terpajan virus hepatitis C akan mengalami infeksi kronis. Sebagian besar
pengalaman menunjukkan gejala minimal atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama
sekali selama sepuluh tahun pertama infeksi, meskipun hepatitis C kronis dapat
ditandai dengan kelelahan. Hepatitis C menyebabkan sirosis dan kanker hati pada
orang yang telah terinfeksi selama bertahun-tahun. ]Sekitar 10–30% orang yang terinfeksi
selama lebih dari 30 tahun akan mengalami sirosis. Sirosis lebih banyak terjadi
pada orang yang juga terinfeksi hepatitis B atau HIV, pecandu alkohol, dan pada
laki-laki. Orang yang mulai terkena sirosis memiliki risiko dua puluh kali
lebih besar terkena kanker hati, sebanyak 1-3% per tahun. Pada pecandu alkohol,
risiko ini menjadi 100 kali lebih besar. Hepatitis C merupakan penyebab utama
pada 27% kasus sirosis dan 25% kasus kanker hati.[
Sirosis hati dapat menyebabkan tekanan
darah yang tinggi pada vena yang mengalir ke hati, akumulasi cairan di perut,
mudah memar atau berdarah, vena melebar, khususnya di lambung dan esofagus,
sakit kuning (kulit menguning), dan kerusakan otak.
Efek pada organ di luar hati
Meskipun jarang, hepatitis C juga dapat
berkaitan dengan Sindrom Sjögren (kelainan autoimun), kadar trombosit darah
yang rendah (di bawah normal), penyakit kulit kronis, diabetes, dan limfoma
non-Hodgkin.
Penularan
Metode utama penularan di negara maju
adalah melalui penggunaan narkoba suntik (IDU). Di negara berkembang metode
penularan utamanya adalah melalui transfusi darah dan prosedur medis yang tidak
aman[16] Penyebab penularan ini belum diketahui
pada 20% kasus; namun banyak di antara kasus-kasus ini yang
kemungkinan besar disebabkan oleh IDU.
Penularan juga dapat melalui hubungan seksual, kontak darah dan
persalinan dan menyusui (apabila putting ibu mengalami pecah-pecah kulit).
Pencegahan dan Pengobatan
Hingga tahun 2011, belum ada vaksin untuk
hepatitis C. Vaksin sedang dikembangkan dan sebagian menunjukkan hasil yang
menjanjikan. Kombinasi strategi pencegahan, seperti program
pertukaran jarum suntik dan pengobatan untuk penyalahgunaan zat terlarang,
menurunkan risiko hepatitis C hingga 75% pada pengguna narkoba suntik.
Penapisan pada pendonor darah penting dilakukan pada tingkat nasional, sesuai
dengan universal precautions (pencegahan universal) di fasilitas layanan
kesehatan. Di negara-negara yang tidak memiliki pasokan spuit steril yang
cukup, penyedia layanan kesehatan sebaiknya memberikan obat oral dibandingkan
dengan obat suntik.
Pengobatan saat ini menggunakan kombinasi interferon pegilasi dan obat
antivirus ribavirin selama 24 atau 48 minggu, bergantung pada tipe HCV.
Hasilnya lebih baik pada 50–60% pasien yang diobati.[ Kombinasi boceprevir atau telaprevir dengan
ribavirin dan peginterferon alfa meningkatkan respons antivirus terhadap
hepatitis C genotipe 1. Efek samping pengobatan sering terjadi; setengah dari
pasien yang diobati terserang gejala yang mirip flu, dan sepertiga dari mereka
mengalami masalah emosional. Pengobatan yang dilakukan dalam enam bulan pertama
akan lebih efektif daripada pengobatan yang dilakukan setelah hepatitis C
menjadi kronis.[12] Jika seseorang mengalami infeksi baru dan
virus belum dapat dihilangkan setelah delapan hingga dua belas minggu, pasien
tersebut sebaiknya menjalani pengobatan interferon pegilasi selama 24 minggu.
Bagi pasien dengan thalasemia (kelainan darah), ribavirin sepertinya dapat
digunakan, namun meningkatkan kebutuhan akan transfusi. Para ahli yang
mendukung mengklaim terapi alternatif sebagai terapi yang bermanfaat pada
hepatitis C termasuk milk thistle (silybum), ginseng, dan colloidal
silver/perak koloid. Namun, belum ada terapi alternatif yang terbukti
memberikan hasil yang lebih baik pada hepatitis C, dan tidak ada bukti bahwa
terapi alternatif memberikan efek sedikitpun pada virus.
4. Hepatitis E
Penyebab
Hepatitis E disebabkan oleh Virus Hepatitis E.
Penyebarannya
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh virus ini. virus ini
menurut sumber di atas lebih mudah menyebar pada daerah yang memiliki sanitasi
yang buruk.
Tanda2 orang
yang terkena hepatitis E ini mengalami Gejala-gejala lebih sering dimiliki
orang dewasa dari pada anak-anak. Jika ada, gejala biasanya muncul secara
tibatiba, seperti demam, rasa letih, hilang nafsu makan, rasa mual, sakit
perut, air seni berwarna tua, warna kekuningan pada mata dan kulit. Penyakit
Hepatitis E terjadi lebih parah pada wanita hamil, terutama pada 3 bulan
terakhir masa kehamilan. Masa inkubasi hepatitis E rata-rata 40 hari (rentang:
15-60 hari)
3. Demam
Berdarah
Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat
menyebabkan demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di
daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan
yang lembap. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya
terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia
Epidemiologi
Demam
berdarah diyakini merupakan salah satu penyakit yang sudah ada lama di dunia.
Jejak rekam mengenai penyakit dengan gejala yang serupa telah ditemukan di
ensiklopedia medis dari Cina tertanggal tahun 992. Seiiring dengan perkembangan
global di bidang pelayaran dan industri pengiriman barang melalui laut di abad
ke 18 dan 19, kota-kota pelabuhan bertambah dengan pesat dan menciptakan
kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan nyamuk vektor bagi penyakit
demam berdarah. Nyamuk dan virus yang berperan dalam penyakit ini terus
menyebar ke berbagai daerah baru dan telah menyebabkan banyak epidemi di
seluruh dunia.[ Salah satu epidemi demam berdarah yang paling
pertama terjadi di daerah Asia Tenggara.
Penyebab
Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor pembawa
virus dengue
penyebab penyakit demam berdarah.
Penyebab
utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari
famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat
menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Gejala demam
berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu dari
empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang
berbeda. Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi
pertama justru akan mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah
saat terinfeksi untuk ke dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh
sedikitnya dua jenis virus dengue selama masa hidup, namun jenis virus yang
sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya sistem imun tubuh yang
terbentuk.
Virus
dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu
nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes
albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan
menyebabkan penyakit ini.] Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.] Sesudah masa inkubasi virus di dalam
nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus
dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat
menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui telur
(transovarial). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga dapat
terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi
bagi monyet lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk.
Tingkat
risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang
memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu,
risiko demam berdarah juga lebih tinggi pada wanita, seseorang yang berusia
kurang dari 12 tahun, atau seseorang yang berasal dari ras Kaukasia.
Manifestasi Klinis
Infeksi virus
dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam biasa, demam
berdarah (klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue.
1. Demam berdarah (klasik)
Demam
berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda tergantung usia pasien. Gejala yang umum terjadi pada bayi dan
anak-anak adalah demam dan munculnya ruam. Sedangkan pada pasien usia remaja
dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri
di belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta munculnya
ruam pada kulit. Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan
keping darah atau trombosit (trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi
pada pasien demam berdarah. Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan
pendarahan yang meliputi mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna,
kencing berdarah (haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi
(menorrhagia).
2. Demam berdarah dengue (hemoragik)
Pasien
yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti
penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam
tinggi, fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh
pembesaran hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh
darah, pembuluh limfa, pendarahan di bawah kulit yang membuat munculnya memar
kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel darah merah juga sering
ditemukan pada pasien DBD. Salah satu karakteristik untuk membedakan tingkat
keparahan DBD sekaligus membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya
kebocoran plasma darah. Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam tinggi,
pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien akan terus
berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan darah. Bila terapi dengan elektrolit dilakukan dengan
cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan cepat setelah mengalami masa
kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan kematian.
3. Sindrom Syok Dengue
Sindrom
syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di mana pasien akan
mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi pada penderita demam
berdarah klasik dan demam berdarah dengue disertai dengan kebocoran cairan di
luar pembuluh darah, pendarahan parah, dan syok (mengakibatkan tekanan darah
sangat rendah), biasanya setelah 2-7 hari demam.] Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit
di bagian perut adalah tanda-tanda awal yang umum sebelum terjadinya syok.
Sindrom syok] terjadi biasanya pada anak-anak
(kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue untuk
kedua kalinya.[8] Hal ini umumnya sangat fatal dan dapat
berakibat pada kematian, terutama pada anak-anak, bila tidak ditangani dengan
tepat dan cepat. Durasi syok itu sendiri sangat cepat. Pasien dapat meninggal
pada kurun waktu 12-24 jam setelah syok terjadi atau dapat sembuh dengan cepat
bila usaha terapi untuk mengembalikan cairan tubuh dilakukan dengan tepat. Dalam waktu 2-3 hari, pasien yang telah
berhasil melewati masa syok akan sembuh, ditandai dengan tingkat pengeluaran
urin yang sesuai dan kembalinya nafsu makan.
Diagnosis
Penyakit
demam berdarah didiagnosis dengan melihat gejala yang muncul, seperti demam
tinggi dan munculnya ruam.. Namun, karena gejala penyakit demam berdarah
kadangkala sulit dibedakan dengan penyakit malaria, leptospirosis, maupun demam
tifoid maka biasanya pekerja medis atau dokter akan terlebih dahulu mengecek
sejarah kesehatan dan perjalanan pasien untuk mencari informasi kemungkinan
pasien tergigit nyamuk. Selain itu untuk mendapatkan ketepatan diagnosis yang
lebih tinggi umumnya dilakukan berbagai uji laboratorium. Beberapa tes yang
biasanya dilakukan adalah studi serologi untuk mengetahui ada tidaknya antibodi
terhadap virus dengue di tubuh pasien, menghitung titer antibodi terhadap virus
dengue, dan penghitungan sel darah lengkap (sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit). Selain itu, uji laboratorium lain yang dapat dilakukan adalah
uji inhibisi hemaglutinasi, uji ELISA, dan reaksi berantai
polimerase reverse transcriptase untuk mendeteksi antigen, antibodi,
atau asam nukleat spesifik terhadap virus dengue. Uji-uji tersebut dapat
memakan waktu beberapa hari.
Pencegahan
Pengasapan atau fogging bermanfaat membunuh
nyamuk Aedes dewasa untuk mencegah penyebaran demam berdarah.
Hingga kini,
belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit ini. Tindakan paling efektif
untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan dan
sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue. Pengendalian
nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat,
yaitu:
1. Lingkungan
Pencegahan demam
berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan
menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,
mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup
dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas
dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah.
2. Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk
pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan
bakteri.
3. Kimiawi
Pengasapan (fogging)
dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk abate pada
tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk. Selain itu
dapat juga digunakan larvasida.
Selain
itu oleh karena nyamuk Aedes aktif di siang hari beberapa tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan senyawa anti nyamuk yang
mengandung DEET, pikaridin, atau minyak lemon eucalyptus, serta gunakan pakaian
tertutup untuk dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila sedang
beraktivitas di luar rumah.] Selain itu, segeralah berobat bila muncul
gejala-gejala penyakit demam berdarah sebelum berkembang menjadi semakin parah.
Pengobatan
Sampai
saat ini belum ada obat spesifik bagi penderita demam berdarah. Banyak orang
yang sembuh dari penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu. Tindakan pengobatan
yang umum dilakukan pada pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah adalah
pemberian cairan tubuh (lewat minuman atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi
akibat demam dan muntah, konsumsi obat yang mengandung acetaminofen (misalnya
tilenol) untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam serta banyak istirahat.
Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan sodium naproxen
justru dapat meningkatkan risiko pendarahan. Bagi pasien dengan demam berdarah
yang lebih parah, akan sangat disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah
sakit, pemberian infus dan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh, serta
transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.
Seseorang
yang terkena demam berdarah juga harus dicegah terkena gigitan nyamuk, karena
dikhawatirkan dapat menularkan virus dengue kepada orang lain yang sehat.
4.
HIV / AIDS
HIV
merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV
merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia
(terutama CD4 positive T-sel dan macrophages, yang merupakan komponen-komponen
utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya.
Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang
terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem
kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan
fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan
tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai
ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak
mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena
infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
AIDS
adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan
menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem
kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat
HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator
bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.
Para
ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi
38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS
bekerja sama dengan WHO
memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang
sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini
merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah
menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005
saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari
jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat
pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana.
Perawatan antiretrovirus
sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap
pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.
Gejala terjadinya HIV
Sebagian
besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang
tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan
kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi,
gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada
saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang
biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.
Kendatipun
infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat
mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk
menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV.
Infeksi HIV menyebabkan penurunan
dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan
terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.
Kapankah seorang terkena AIDS?
Istilah
AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut.
Sebagian besar orang yang terkena
HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam
waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu,
yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization)
sebagai berikut:
- Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun
dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
- Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan
infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)
- Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas
penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang
parah, dan TBC paru-paru), atau
- Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak,
Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan
(trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma
Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.
Sebagian besar keadaan ini merupakan
infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang sehat, dapat
diobati.
Seberapa cepat HIV bisa berkembang
menjadi AIDS?
Lamanya
dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya
hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat
berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi
antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah
virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.
Penularan HIV / AIDS
HIV
dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran
darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah,
air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan
bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan
cairan-cairan tubuh tersebut.
Resiko
penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di
negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun
demikian, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses
terhadap darah yang aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi
melalui transfusi darah yang terinfeksi".
Transmisi
HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal, yaitu
minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani,
tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan adalah
sebesar 25%. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus
dan melahirkan dengan cara bedah caesar,
tingkat penularannya hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko
infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban
virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%.
Gejala Klinis
Gejala-gejala utama AIDS.
Berbagai
gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus,
fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh
unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik
umum didapati pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih
besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim,
dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya
penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam,
berkeringat (terutama pada malam hari),
pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.
Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada
tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup
pasien.
Pencegahan
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual,
persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta
dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar
kelahiran (periode perinatal).
Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi,
namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut,
dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.[59]
Pemerintah Amerika
Serikat dan berbagai organisasi kesehatan menganjurkan Pendekatan
ABC untuk menurunkan risiko terkena HIV melalui hubungan seksual. Adapun
rumusannya dalam bahasa Indonesia:
“
|
Anda jauhi seks,
Bersikap saling setia dengan pasangan, Cegah dengan kondom. |
”
|
5. Flu Burung
Flu burung (avian influenza) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia.
Sumber penularan
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang
menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke
spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
Virus influenza tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya
Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus
flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki
waktu inkubasi selama 3-5 hari.
Cara penularan
Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar
H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur
transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak
melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati
dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak
dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula
dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga
perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan
makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus
dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal.
Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan
sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus
selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena
itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan
membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di
sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah
penyebarannya
Gejala dan perawatan
Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi,
keluhan pernapasan dan (mungkin) perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat
berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis.
Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh
petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun
panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis
yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara lain
Oseltamivir (Tamiflu) dan
Zanamivir. Masing-masing dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan
perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter.
Kasus penyebaran
Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, Indonesia, yang disebabkan oleh flu burung
subtipe H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya di Asia Tenggara (Thailand,
Kamboja, dan Vietnam), kasus ini dianggap unik karena korban tidak banyak
berhubungan dengan unggas.
Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus
dengan 189 kematian pada manusia yang disebabkan virus ini dengan rincian sebagai berikut:
- Indonesia — 99
kasus dengan 79 kematian.
- Vietnam — 93 kasus dengan 42 kematian.
- Mesir — 34 kasus dengan 14 kematian.
- Thailand — 25 kasus dengan 17 kematian.
- Cina — 25 kasus dengan 16 kematian.
- Turki — 12 kasus dengan 4 kematian.
- Azerbaijan — 8 kasus
dengan 5 kematian.
- Kamboja — 7 kasus dengan 7 kematian.
- Irak — 3 kasus dengan 2 kematian.
- Laos — 2 kasus dengan 2 kematian.
- Nigeria — 1 kasus dengan 1 kematian.
- Djibouti — 1 kasus tanpa kematian.
Awal wabah
Wabah flu burung juga melanda benua Afrika. Pada 8 Februari 2006, OIE mengumumkan Nigeria sebagai negara pertama yang memiliki kasus positif flu
burung di benua itu. Dua pekan kemudian, virus H5N1 ditemukan di sebuah desa kecil di Niger, sekitar 72 km dari perbatasannya dengan Nigeria. Virus
ini juga menyebar ke Mesir dan Kamerun.
H5N1
|
||
H5N11
|
||
H5N1
|
||
H5N1
|
||
H5
|
||
H5N1
|
||
H7
|
||
H5N2
|
||
H5N11
|
||
Februari 2004
|
H5N1
|
|
H5N11
|
||
Korea Utara
|
H5N11
|
|
Jepang
|
H5N11
|
|
H5N11
|
||
H2N2,H5N2,H7N2
|
||
Maret 2004
|
Vietnam
|
H5
|
H7N31
|
||
April 2004
|
Thailand
|
H51
|
Agustus 2004
|
H5N1
|
|
H5N2
|
||
Korea Utara
|
H7
|
|
Juni 2005
|
Jepang
|
H5N2
|
Juli 2005
|
H5
|
|
H5N11
|
||
Agustus 2005
|
H5
|
|
H5N11
|
||
Oktober 2005
|
H5
|
|
H5N11
|
||
H5N11
|
||
November 2005
|
Vietnam
|
H5N11
|
Keterangan 1 -
Flu burung patogenik tinggi (Highly Pathogenic Avian Influenza)
Obat herbal Dr. imoloa yang hebat adalah obat penyembuhan yang sempurna untuk Virus HIV, saya mendiagnosis HIV selama 8 tahun, dan setiap hari saya selalu mencari penelitian untuk mencari cara sempurna untuk menghilangkan penyakit mengerikan ini karena saya selalu tahu bahwa apa yang kita butuhkan karena kesehatan kita ada di bumi. Jadi, pada pencarian saya di internet saya melihat beberapa kesaksian berbeda tentang bagaimana Dr. imoloa dapat menyembuhkan HIV dengan obat herbal yang kuat. Saya memutuskan untuk menghubungi pria ini, saya menghubunginya untuk obat herbal yang saya terima melalui layanan kurir DHL. Dan dia membimbing saya bagaimana caranya. Saya memintanya untuk solusi minum obat herbal selama dua minggu. dan kemudian dia menginstruksikan saya untuk pergi memeriksa yang saya lakukan. lihatlah aku (HIV NEGATIF). Terima kasih Tuhan untuk dr imoloa telah menggunakan obat herbal yang kuat untuk menyembuhkanku. ia juga memiliki obat untuk penyakit seperti: penyakit parkison, kanker vagina, epilepsi, Gangguan Kecemasan, Penyakit Autoimun, Nyeri Punggung, Keseleo, Gangguan Bipolar, Tumor Otak, Ganas, Bruxisme, Bulimia, Penyakit Disk Serviks, Penyakit Kardiovaskular, Penyakit Kardiovaskular, Neoplasma, kronis penyakit pernapasan, gangguan mental dan perilaku, Cystic Fibrosis, Hipertensi, Diabetes, asma, radang sendi yang dimediasi autoimun yang dimediasi. penyakit ginjal kronis, penyakit radang sendi, sakit punggung, impotensi, spektrum alkohol feta, Gangguan Dysthymic, Eksim, kanker kulit, TBC, Sindrom Kelelahan Kronis, sembelit, penyakit radang usus, kanker tulang, kanker paru-paru, sariawan, kanker mulut, tubuh nyeri, demam, hepatitis ABC, sifilis, diare, Penyakit Huntington, jerawat punggung, gagal ginjal kronis, penyakit addison, Penyakit Kronis, Penyakit Crohn, Cystic Fibrosis, Fibromyalgia, Penyakit Radang Usus Besar, penyakit kuku jamur, Penyakit Kelumpuhan, penyakit Celia, Limfoma , Depresi Besar, Melanoma Maligna, Mania, Melorheostosis, Penyakit Meniere, Mucopolysaccharidosis, Multiple Sclerosis, Distrofi Otot, Rheumatoid Arthritis, Penyakit Alzheimer email- drimolaherbalmademedicine@gmail.com / hubungi atau {whatssapp ..... 2347081986098}}
BalasHapus