Pemanasan
global atau Global Warming
Kita mungkin sering mendengar pernyataan seperti ini, “Koq
Hujan ya bulan ini, padahal mestinya musim kemarau? Atau” panas benar hari ini”
untuk menggambarkan makin tidak menentunya cuaca dan iklim di sekitar kita, di samping juga makin banyak
bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali
akhir-akhir ini, seperti halnya banjir, puting beliung, hingga curah hujan yang
tidak menentu dari tahun ke tahun.Semua ini menunjukkan bahwa bumi sedang
mengalami apa yang dikenal dengan Global
Warming atau Pemanasan Global. Pemanasan
global (Inggris: global
warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata
global pada permukaan Bumi selama seratus tahun terakhir menunjukkan
adanya peningkatan,
yakni 0.74 ± 0.18 °C. Menurut Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas
rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.
Istilah “gas rumah kaca” berarti kelompok gas yang berasal
dari atmosfer, yang berfungsi menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat.
Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi
mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di
dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan demikian tanaman
yang berada di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas
matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut
untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan
menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang
mengisolasi panas matahari.
Yang dimaksud dengan efek
rumah kaca, adalah proses pemanasan permukaan suatu benda langit
(terutama planet, termasuk dalam hal ini bumi), yang disebabkan oleh
komposisi dan keadaan atmosfernya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka efek rumah kaca
dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami atau dalam keadaan normal, yang diperlukan,
karena dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di
bumi tidak terlalu jauh berbeda, dan efek rumah kaca yang terjadi akibat adanya
peningkatan aktivitas manusia (yang dikenal dengan pemanasan global).
Seperti diketahui, segala sumber energi yang terdapat di
Bumi berasal dari Matahari. Sebagian
besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi
ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang
panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer
bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini. Adanya gas rumah kaca
yang “terperangkap “ini sangat dibutuhkan oleh kehidupan di bumi, karena tanpa adanya gas rumah kaca tersebut, bumi akan menjadi
sangat dingin, yakni -18 °C
sehingga es akan menutupi seluruh permukaan. Dengan adanya gas rumah kaca, maka suhu suhu rata-rata bumi akan sebesar
15 °C.
Gas rumah kaca yang merupakan kontributor terbesar pemanasan
global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2) (terutama yang terjadi sebagai
akibat pembakaran bahan bakar fosil), metana (CH4) yang dihasilkan oleh
pertanian dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan ternak),
Nitrogen Oksida (NO) (terutama yang berasal dari pupuk), dan gas CFC
(Chlorofluorocarbons), yang digunakan
untuk kulkas dan pendingin ruangan. Di samping itu rusaknya hutan yang
seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2, ikut berperan memperparah pemanasan
global. Hal ini disebabkan pohon-pohon yang mati melepaskan CO2 yang tersimpan
di dalam jaringannya ke atmosfer.
Pada prinsipnya setiap gas rumah kaca memiliki efek
pemanasan global yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Beberapa
gas menghasilkan efek pemanasan lebih besar dari CO2. Sebagai contoh sebuah
molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO
bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas
lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan
hingga ribuan kali dari CO2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar